BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan
di Era Persaingan Global
Globalisasi merupakan driver forces pada semua aspek
kehidupan. Dampaknya turut menciptakan persaingan yang semakin tinggi pada
semua aspek kehidupan masyarakat. Begitu juga dengan pendidikan, dimana
pengelolaannya tidak dapat dilakukan secara tradisional akan tetapi membutuhkan
kemampuan khusus sehingga output
pendidikan sesuai dengan kebutuhan pengguna lulusan baik nasional maupun internasional.
Pengelolaan pendidikan menjadi
sangat penting, dimana pertumbuhan dan perkembangan lembaga dipengaruhi oleh
kemampuan administrator dalam melakukan scaning
lingkungan eksternal, kompetitor lembaga lain, memperhitungkan kompetensi
internal, harus dapat menciptakan strategi yang mencukupi untuk memenangkan
persaingan tanpa meninggalkan esensi dari pendidikan itu sendiri.
Fokus dari manajemen pendidikan
menjadi bagaimana membuat pemakai pendidikan diubah menjadi pelanggan
pendidikan (customer pendidikan),
dimana pelanggan pendidikan akan memberikan
loyalitas yang tinggi untuk tidak bisa berpaling pada lembaga lain. Hal itu
akan meciptakan (1) Makes reguler repeat
purchases yaitu pelanggan yang selalu membeli atau memakai secara teratur
program yang diluncurkan oleh lembaga, misalnya mahasiswa menyelesaikan studi
sampai akhir tetap pada jurusan yang sama, (2) Purchases across product and service lines, pelanggan membeli
diluar produk atau jasa, misalnya ketika UPI mengeluarkan program lain yaitu pilihan
bahasa inggris maka banyak mahasiswa jurusan lain yang mengikuti pelatihan
tersebut, (3) Refers other yaitu
merekomendasikan kepada keluarga, teman ataupun masyarakat setiap program
layanan pendidikan baik merekomendasikan jurusan yang diambil maupun layanan
lainnya (training, seminar, loka
karya dan sebagainya). (4) Demonstrates an immunity to the full of the
competition yaitu menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari
pesaing, misalnya selain UPI banyak lembaga lain yang menawarkan pendidikan
serupa yaitu untuk calon guru, akan tetapi sebanyak dan semenarik apapun yang
dilakukan oleh lembaga lain, mahasiswa UPI tetap teguh memilih UPI sebagai
lembaga layanan pendidikannya.
Customer seperti di atas
yang akan dicari oleh setiap lembaga pendidikan, hal itu bisa dilakukan melalui
setrategi pemasaran pendidikan, strategi ini diadopsi dari dunia bisnis, dimana
penerapannya disesuaikan dengan nilai
filosofi dari pendidikan itu sendiri sebagai lembaga non profit.
Undang
Undang Dasar 1945 telah mengamanatkan bahwa salah satu tujuan negara
Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh sebab itu warga Negara Indonesia tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan jender
berhak memperoleh pelayanan pendidikan yang bermutu.
Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan, baik pada
jalur formal maupun nonformal telah ditempuh pemerintah. Hal ini terbukti lahir
program-program peningkatan mutu melalui program sekolah Berstandar Nasional,
Sekolah Satu Atap dan masih banyak program-program peningkatan mutu yang lain.
Program-program peningkatan mutu yang telah ditempuh ternyata masih banyak
ketertinggalan yang harus dikejar untuk dapat menyesuaikan dengan perkembangan
iptek.
Namun demikian, apalah artinya
tingginya adaptabilitas dan apresiasi terhadap pembaharuan pendidikan, jika
tidak disertai dengan peningkatan kemampuan dalam mengelola perubahan yang
didukung oleh perangkat manajemen pemasaran yang memadai. Tantangan berat yang
berkaitan dengan sistem manajemen yang kompetitif, pada pelaksanaannya akan
ditentukan oleh kehandalan sistem manajemen pemasaran pendidikan yang
bersangkutan.
B. Konsep Dasar
Pemasaran Jasa Pendidikan
1.
Pasar, Pendidikan dan Sekolah
Ada komponen kunci yang dapat dijadikan
bahan analisis untuk memahami konsep pemasaran pendidikan, yaitu konsep pasar.
Pasar merupakan tempat bertransaksi berbagai komoditas yang dihasilkan produsen
dengan yang dibutuhkan, diinginkan dan diharapkan konsumen. Pemasaran ialah
proses transaksional untuk meningkatkan harapan, keinginan dan kebutuhan calon
konsumen menjadi teransang untuk memiliki produk yang ditawarkan dengan
mengeluarkan imbalan sesuai yang disepakati.
Pendidikan dalam proses perubahan
pola pikir, apresiasi dan pembiasaan manusia agar menjadi manusia. Sekolah
merupakan salah satu kelembagaan satuan pendidikan. Walaupun kebanyakan orang
sering mengidentikkan sekolah dengan pendidikan, pendidikan merupakan wahana
perubahan peradaban manusia. Manakala membicarakan sistem persekolahan,
sehingga untuk membicarakan pemasaran pendidikan pun sesungguhnya tidak cukup dengan
hanya membahas terbatas pada pemasaran persekolahan. Karena paradigma
pendidikan yang begitu universal tidak hanya dipandang secara terbatas pada
sistem persekolahan.
Pendidikan merupakan produk jasa yang dihasilkan dari lembaga pendidikan
yang bersifat non profit, sehingga hasil dari proses pendidikan kasat mata.
Untuk mengenal lebih dalam dari pemasaran pendidikan maka kita harus mengenal
terlebih dahulu pengertian dan karakteristik
jasa dan konsep pemasaran sehingga penerapan konsep pemasaran pendidikan
ada pada posisi yang tepat sesuai dengan nilai dan sifat dari pendidikan itu
sendiri. Oleh karena itu, pendidikan yang dapat laku dipasarkan ialah
pendidikan yang: (1) ada produk sebagai komoditas, (2) produknya memiliki
standar, (3) punya pangsa/ sasaran yang jelas, (4) punya jaringan dan media,
dan (5) tenaga pemasar.
2.
Pengertian dan Karakteristik Jasa Pendidikan
Kotler (2003:428), seorang ahli
pemasaran mengemukakan pengertian jasa adalah “a service is any act or performance that one party can offer to another
that is essentially intangible and does not result in the ownership of
anything. Its production may or may not be tied to a physical product”,
dengan demikian jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak pada pihak
lainnya yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepindahan
kepemilikan. Selanjutnya Stanton (2002: 537) memberikan definisi jasa adalah service are identifiable, intangible
activities that are the main object of a transaction designed to provide
want-satisfaction to customers. Yang
berarti bahwa jasa diidentifikasi
sebagai kegiatan tidak berwujud yang merupakan obyek utama dari transaksi yang
dirancang untuk menyediakan keinginan atau kepuasan kepada pelanggan.
Dari kedua pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa pendidikan sebagai produk jasa merupakan sesuatu yang
tidak berwujud akan tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang diproses
dengan menggunakan atau tidak menggunakan bantuan produk fisik dimana proses
yang terjadi merupakan interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa yang
mempunyai sifat yang tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan.
Bateson mengemukakan 8
karakteristik jasa yaitu: (1) jasa tidak dapat disimpan dan dikonsumsi pada
saat dihasilkan, (2) jasa tergantung pada waktu, (3) jasa bergantung pada
tempat, (4) konsumen merupakan bagian integral dari proses produksi jasa, (5)
setiap orang atau apapun yang berhubungan dengan konsumen mempunyai andil dalam
memberikan peranan, (6) perubahan pada konsep kemanfaatan, (7) karyawan
penghubung merupakan bagian dari proses produksi jasa, (8) kualitas jasa tidak
dapat diperbaiki pada saat proses produksi karena produksi jasa terjadi secara real time.
Pendidikan merupakan produk yang berupa
jasa, yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Lebih
bersifat tidak berwujud dari pada berwujud (more
intangible than tangible).
b. Produksi
dan konsumsi bersamaan waktu (simultananeous
production and consumption).
c. Kurang
memiliki standar dan keseragaman (less
standardized and uniform).
Dan seperti yang dikemukakan oleh
Steinhoff “the raw material of services is people”, bahan baku untuk
menghasilkan jasa adalah orang, yang memiliki ciri khas berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Hal ini mendasari bahwa pelayanan jasa pendidikan antara
satu dengan yang lainnya berbeda.
Dengan melihat karakteristik tersebut,
jasa pendidikan diterima setelah melakukan interaksi dengan penghubung yang
sangat dipengaruhi oleh siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal
itu menjelaskan bahwa keberhasilan pendidikan akan sangat tergantung pada
siapa, kapan, dan dimana proses tersebut terlaksana. Siapa, menunjukkan tenaga
pendidik dan kependidikan, artinya semakin tinggi kualitas dari penyampai
pendidikan maka akan semakin tinggi pula kualitas proses pendidikan tersebut.
Dimana, merupakan lokasi jasa pendidikan tersebut disampaikan, tentu saja hal
ini akan mempunyai arti yang luas namun intinya adalah lingkungan yang kondusif
akan mempengaruhi tingginya kualitas proses pendidikan. Kapan, menunjukkan
waktu yang paling tepat dilaksanakan proses pendidikan sehingga proses tersebut
berkualitas.
3.
Pengertian Pemasaran Jasa Pendidikan
Beberapa ahli memberikan pengertian
mengenai pemasaran jasa pendidikan, diantaranya adalah: Kotler (2004: 8) mengemukakan
bahwa pemasaran jasa pendidikan merupakan suatu proses sosial dan manajerial,
baik oleh individu atau kelompok, untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan
diinginkan oleh lembaga pendidikan melalui penciptaan penawaran dengan pihak
lain. Khususnya dalam marketing pendidikan John R. Silber (Buchari, 2005: 53)
menyatakan bahwa “in another sense,
marketing ethics deal with avoiding the dubiously legitimized dishonesties of
some commercial advertising and we should hope that institutions are supplied
with the qualities of intellect and characters as well.” Dengan kata lain
bahwa etika marketing dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan
intelektual dan pembentukan watak secara menyeluruh. Hal itu karena pendidikan
sifatnya lebih kompleks yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, hasil
pendidikannya mengacu jauh kedepan, membina kehidupan warga Negara, serta generasi penerus
ilmuwan di kemudian hari.
Dalam membangun lembaga pendidikan,
Brubacher menyatakan ada dua landasan filosofi yaitu landasan epistemologis,
dimana lembaga pendidikan harus berusaha untuk mengerti dunia sekelilingnya,
memikirkan sedalam-dalamnya masalah yang ada di masyarakat, dimana tujuan
pendidikan tidak dapat dibelokkan oleh berbagai pertimbangan dan kebijakan, tetapi
harus berpegang teguh pada kebenaran. Sedangkan landasan politik adalah
memikirkan kehidupan praktis untuk tujuan masa depan bangsa karena masyarakat
kita begitu kompleks sehingga banyak masalah pemerintahan, industri, pertanian, perbankan,
tenaga kerja, bahan baku dan sebagainya yang perlu untuk dipecahkan oleh tenaga
ahli yang dicetak oleh lembaga pendidikan, dimana lulusan yang bermutu diolah dan dihasilkan oleh tenaga pendidik
yang bermutu.
4.
Kepuasan Pelanggan Pendidikan
Seperti telah dikemukakan di awal, bahwa
penerapan marketing ini adalah untuk
menciptakan kepuasan bagi pelanggan pendidikan. Ketika berbicara tentang
kepuasan maka kita harus menyadari bahwa kepuasan antara satu orang dengan yang
lainnya berbeda, artinya kepuasan berurusan dengan beberapa hal.
Kata kepuasan berasal dari bahasa Latin “satis”
(artinya cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat),
sehingga kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat
sesuatu memadai. Pendapat
yang dikemukakan oleh Kotler (2003:36)
bahwa satisfaction is person’s feeling of pleasure or disappointment
resulting from comparing a product’s expectation. Dari pengertian tersebut
di dapat sebuah kesimpulan:
S
= f (E,P)
S
: Satisfaction (kepuasan)
E
: Expectation (harapan)
P
: Product Perceived Performance (kinerja produk yang dirasakan)
Pembelian ulang serta mengajak temannya
atas produk dan jasa ini terjadi karena customer delivered value (nilai
yang diterima pelanggan) merupakan selisih total
customer value / total
customer cost (jumlah segala pengorbanan yang
dikeluarkan seseorang). Dalam arti bahwa dia mengorbankan waktu, tenaga, uang
yang kemudian dibandingkan dengan nilai, manfaat hasil yang ia terima.
Pandangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1.1 Kepuasan Konsumen
Kepuasan pelanggan dikemukakan
berdasarkan: Contrast theory yang berasumsi bahwa konsumen akan
membandingkan kinerja produk aktual
dengan ekspektasi para pembeli,
dimana apabila kinerja aktual
lebih besar atau sama dengan ekspektasi, maka pelanggan akan puas dan
sebaliknya apabila kinerja aktual
lebih rendah dari ekspektasi maka komsumen akan mengalami ketidakpuasan. Assimilation
theory, menyatakan bahwa evaluasi pembeli merupakan fungsi positif dari
ekspektasi konsumen para pembelian, karena proses diskonfirmasi secara
psikologis tidak enak dilakukan , konsumen cenderung secara perseptual
mendistorsi perbedaan antara ekspektasi dan kinerjanya ke arah ekspektasi awal
sehingga penyimpangan ekspektasinya cenderung akan diterima oleh konsumen yang
bersangkutan. Assimilation-contras theory berpegang bahwa terjadinya
efek asimilasi (assimilation effect) atau efek contrak (contrast
effect) merupakan fungsi dari tingkat kesenjangan antara kinerja yang
diharapkan dan kinerja aktual.
Apabila kesenjangannya besar, konsumen akan memperbesar gap tersebut; dengan
kata lain rentang waktu yang diterima (acceptable deviations) dilewati,
maka kesenjangan antara ekspektasi dan kinerja akan menjadi signifikan sehingga
disitulah efek kontras berlaku.
Ada
tiga tipe kepuasan dan dua tipe ketidakpuasan berdasarkan kombinasi antara
emosi spesifik terhadap penyedia jasa, ekspektasi menyangkut kapabilitas
kinerja masa depan pemasok jasa dan minat berperilaku untuk memilih lagi
penyedia jasa bersangkutan, tipe tersebut adalah (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2009):
·
Demanding customer
satisfaction, merupakan tipe kepuasan yang aktif,
relasi dengan penyedia jasa diwarnai emosi positif, terutama optimisme dan
kepercayaan. Berdasarkan pengalaman positif dimasa lalu, pelanggan dengan tipe
kepuasan ini berharap bahwa penyedia jasa bakal mampu memuaskan ekspektasi
mereka yang semakin meningkat di masa depan, selain itu mereka bersedia
meneruskan relasi yang memuaskan dengan penyedia jasa sehingga loyalitas akan
tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam meningkatkan kinerjanya seiring
dengan tuntutan pelanggan.
·
Stable customer
satisfaction yaitu pelanggan yang memiliki
tingkat aspirasi pasif dan perilaku yang demanding. Emosi positifnya terhadap
penyedia jasa bercirikan steadiness
dan trust dalam relasi yang terbina
saat ini, dimana mereka menginginkan segala sesuatunya tetap sama. Berdasarkan
pengalaman positif yang telah terbentuk, mereka bersedia melanjutkan relasi
dengan penyedia jasa.
·
Resigned customer
satisfaction, pelanggan pada tipe ini merasa puas
namun bukan diakibatkan pemenuhan ekspektasinya. Namun lebih didasarkan
pada kesan tidak realistis, perilakunya cenderung pasif cenderung tidak
bersedia melakukan berbagai upaya dalam menuntut perbaikan.
·
Stable customer
dissatisfaction, pelanggan tidak puas
terhadap kinerja penyedia jasa namun cenderung tidak melakukan apa-apa. Relasi
dengan penyedia jasa diwarnai emosi negatif dan asumsi ekspektasi mereka di
masa datang tidak akan terpenuhi, dan tidak melihat adanya peluang untuk
perubahan dan perbaikan.
·
Demanding customer
dissatisfaction bercirikan tingkat aspirasi aktif
dan perilaku demanding, pada tingkat emosi ketidakpuasan menimbulkan protes
dari oposisi, mereka aktif menuntut perbaikan.
Dalam melakukan pengukuran kepuasan
pelanggan, Kotler (2004:38)
mengemukakan beberapa cara diantaranya adalah :
1) Complaint
and Suggestion system (sistem keluhan dan
saran), informasi dari saran dan keluhan ini
akan dijadikan data dalam melakukan antisipasi dari pengembangan
perusahaan.
2) Customer
satisfaction surveys (survei kepuasan pelanggan),
tingkat keluhan konsumen dijadikan data dalam mengukur tentang kepuasan hal itu
bisa melalui survei, pos, telpon, atau
angket.
3) Ghost
shopping (pembeli bayangan), dengan mengirimkan
orang untuk melakukan pembelian di perusahaan orang lain maupun diperusahaan
sendiri untuk melihat secara jelas keunggulan dan kelemahan pelayanannya.
4) Lost
customer analysis (analisis pelanggan
yang beralih), yaitu kontak yang dilakukan kepada pelanggan yang telah beralih
pada perusahaan lain untuk dijadikan perbaikan kinerja dalam meningkatkan
kepuasan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa
timbulnya ketidakpuasan dari konsumen dikarenakan (1) tidak sesuai harapan
dengan kenyataan yang dialaminya, (2) ketidakpuasan dalam pelayanan selama
proses menikmati jasa, (3) perilaku personil kurang memuaskan, (4) suasana dan
kondisi fisik lingkungan tidak menunjang, (5) cost terlalu tinggi, karena jarak, waktu dan harga terlaju tinggi,
(6) promosi tidak sesuai dengan kenyataan.
Sebenamya ada beberapa cara untuk
mengantisipasi faktor-faktor
yang dapat menimbulkan ketidakpuasan diantaranya adalah penerapan Total
Quality Management. Total quality management (TQM) is an organization wide
approach to continuously improving the quality of all the organization’s
processes, products and services. Ini
adalah suatu pendekatan secara menyeluruh dalam meningkatkan kualitas produk,
mulai dari proses pembuatan, hasil jadi, pengiriman, pelayanan yang terus
menerus.
C. Penerapan Pemasaran Jasa
Pendidikan
Pemasaran
pendidikan mempunyai 7 elemen pokok yaitu:
1. Product
merupakan hal yang paling mendasar yang
akan menjadi pertimbangan preferensi pilihan bagi customer, merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada customer yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginannya. Produk itu sendiri terbagi menjadi lima tingkatan
yaitu: (a) core benefit, merupakan
manfaat dasar yang sebenarnya dibeli oleh customer,
dalam hal ini adalah pendidikan, (b) basic
product, atau versi dasar dari suatu produk dalam hal ini misalnya
pengetahuan dan keteranpilan yang memiliki ciri khas, (c) expected product yaitu sejumlah atribut yang mentertai
diantaranya adalah
kurikulum, silabus, tenaga pendidik, (d) augmented
product, merupakan produk tambahan dengan tujuan agar berbeda dengan produk
pesaing, misalnya output dari lembaga tersebut mampu berbahasa inggris baik
lisan maupun tulisan, dan menguasai iptek, (e) potensial product, yaitu seluruh tambahan dan perubahan yang
mungkin didapat produk tersebut di masa depan diantaranya adalah pengakuan
lulusan lembaga tersebut dari dunia kerja.
2. Price
merupakan elemen yang berjalan sejajar dengan mutu produk, dimana apabila mutu
produk baik, maka calon peserta didik
berani membayar lebih tinggi sepanjang dirasa dalam batas kejangkauan pelanggan
pendidikan. Salah satu strategi yang sekarang di kembangkan dibeberapa
perguruan tinggi adalah skimming
price artinya adalah memasang harga yang
setinggi-tingginya pada saat mulai dipasarkan dengan jaminan bahwa produk yang
ditawarkan memang berkualitas.
3. Place
adalah letak lokasi sekolah mempunyai peranan yang sangat penting, karena
lingkungan dimana jasa disampaikan merupakan bagian dari nilai dan manfaat jasa
yang dipersepsikan cukup berperan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
pilihan. Dalam hal ini penyedia jasa perlu mempertimbangkan faktor-faktor
sebagai berikut. (a) akses yaitu kemudahan mencapai lokasi, (b) vasibilitas
yaitu lembaga tersebut dapat terlihat dengan jelas keberadaan fisiknya, (c)
lalu lintas dalam arti tingginya tingkat kemacetan akan mempengaruhi tingkat customer terhadap penyediaan jasa
tersebut, (d) tempat parkir
yang luas, (e) ekspansi yaitu ketersediaan lahan untuk kemungkinan perluasan
usaha, (f) persaingan yaitu dengan memperhitungkan lokasi pesaing kita, (g)
peraturan pemerintah yaitu ketentuan pemerintah tentang peruntukan lahan sesuai
dengan standar pelayanan minimum yang harus dianut oleh setiap lembaga
pendidikan.
4. Promotion
merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yaitu aktifitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi/ membujuk, dan/atau
mengingatkan pasar sasaran atas lembaga dan produknya agar tersedia menerima,
membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan oleh lembaga tersebut. Yang harus
dipertimbangkan adalah bentuk komunikasi, khususnya iklan (advertising), penjualan personal (personal selling),
promosi penjualan (sales promotion), dan publitas (publicity). Promosi ini lebih diarahkan
pada lembaga penyedia jasa pendidikan
sehingga pengaruh image lembaga
tersebut berperan penting terhadap penjatuhan pilihan customer. Promosi yang berlebihan mempunyai hubungan korelatif yang
negatif terhadap
daya tarik peminat.
5. People,
merupakan pendidik yang seharusnya mempunyai empat kompetensi, yaitu:
a. Kompetensi
pedagogik adalah (a) memahami dengan baik-baik dan ciri-ciri peserta didik yang
tumbuh dan berkembang terus menerus, (b) memahami potensi-potensi anak didik
dan cara membantu mengembangkan dengan serasi, seimbang dan total (c) memahami
teori belajar termasuk di dalamnya bagaimana proses belajar itu terjadi dan
bagaimana setiap anak memiliki karakteristik khusus yang tidak sama, (d)
menguasai berbagai model dan strategi pembelajaran sehingga murid betul-betul
belajar dengan efektif dan kreatif, (e) menguasai cara-cara menerapkan ICT
dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif,
(f) menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar dipergunakan sebagai medium of instruction yang efektif, (g)
menguasai bagaimana pendekatan pedagogik dalam setiap menghadapi permasalahan
pembelajaran yang melibatkan peserta didik, (h) menguasai bagaimana merancang
proses belajar mengajar yang komprehensif yang mencakup berbagai unsur yang diperlukan
dalam suatu proses belajar yang produktif , (i) menguasai bagaimana menilai
kemajuan belajar peserta didik secara total, (j) menguasai bagaimana membimbing
anak bila menghadapi persoalan dalam pembelajaran, (k) menguasai prinsip dan
proses bagaimana mengelola proses belajar mengajar termasuk mengelola kelas
sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif dan hidup serta memungkinkan
terjadinya dan tumbuhnya kreativitas anak dalam pembelajaran.
b. Kompetensi
kepribadian, diantaranya: (a) memiliki komitmen dan kemauan tinggi dalam
melakukan tugasnya sebagai guru profesional, (b) memiliki rasa kasih sayang
kepada peserta didik tanpa membeda-bedakan, (c) memiliki rasa tanggung jawab
yang kokoh dalam melaksanakan fungsinya sebagai guru, (d) berakhlak mulia.
c. Kompetensi
profesional, (a) menguasai substansi atau materi atau isi teaching subject atau mata pelajaran yang menjadi bidang keahlian,
(b) menguasai learning equipment dan learning resources yang diperlukan dalam
proses belajar mengajar, (c) menguasai bagaimana mengolah learning resources dari lingkungan hidup sehingga dapat
dipergunakan untuk mendukung proses pembelajaran, (d) menguasai bagaimana
menerapkan teknologi informasi dalam upaya meningkatkan efektivitas belajar
anak, (e) menguasai bagaimana menyusun rencana pelajaran yang mengemas isi, media
teknologi values dalam setiap proses pembelajaran
d. Kompetensi
sosial, adalah (a) memahami berbagai faktor yang berpengaruh dalam menciptakan
lingkungan belajar yang mendukung proses pembelajaran, (b) mengerti berbagai
faktor sosial-kultural dan ekonomi yang berpengaruh terhadap proses belajar
peserta didik, (c) memahami pentingnya hubungan antara sekolah dengan orang tua
dan tokoh masyarakat yang berpengaruh terhadap proses pendidikan anak di
sekolah secara langsung atau tidak langsung, (d) mengerti nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku dan dijunjung tinggi oleh masyarakat yang merupakan
pegangan hidup, yang memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan watak dan
kepribadian peserta didik, (e) memahami pendekatan-pendekatan yang diterapkan
di sekolah untuk menarik masyarakat untuk berperan serta dalam pendidikan
putra-putri mereka di sekolah sesuai dengan kapasitas dan fungsi mereka, (f)
menguasai dan memahami perubahan-perubahan akibat dampak globalisasi yang
berpengaruh keseluruhan aspek kehidupan termasuk proses pembelajaran dan
bagaimana mengendalikan perubahan tersebut agar tidak terjadi pengaruh negatif
terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
6. Physical evidence,
merupakan sarana dan prasarana yang mendukung proses penyampaian jasa pendidikan
sehingga akan membantu tercapainya janji lembaga kepada pelangganya.
7. Process,
Zeithaml dan Binter (2000:20) menyatakan bahwa proses penyampaian jasa
pendidikan merupakan inti dari seluruh pendidikan, kualitas dalam seluruh
elemen yang menunjang proses pendidikan menjadi hal yang sangat penting untuk
menentukan keberhasilan proses pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi
terhadap pengelolaan lembaga pendidikan dan
citra yang terbentuk akan membentuk circle
dalam merekrut pelanggan pendidikan. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar
1.2
Lingkaran
Pendidikan
D. Strategi
Pemasaran Jasa Pendidikan
Dalam
bidang pendidikan diperlukan dua konsep strategi pemasaran yang dapat
dipertimbangkan, yaitu: (1) Distinctive competence, yaitu tindakan yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan agar dapat melakukan kegiatan yang lebih baik
dari pada pesaing; (2) Competitive advantage, yaitu kegiatan spesifik
yang dikembangkan oleh lembaga pendidikan agar lebih unggul dibandingkan dengan
pesaingnya, melalui strategi differensiasi (keunggulan bersaing
disebabkan oleh pilihan strategi yang dilakukan lembaga pendidikan untuk merebut peluang pasar).
Strategi
differensiasi merupakan salah satu dari strategi pemasaran sebagai strategi
bersaing, yaitu:
1.
Differensiasi adalah strategi
memberikan penawaran yang berbeda dibandingkan penawaran yang diberikan oleh
kompetitor. Strategi differensiasi mengisyaratkan lembaga pendidikan
mempunyai jasa atau fasilitas yang mempunyai kualitas ataupun fungsi yang bisa membedakan dirinya
dengan pesaing. Strategi differensiasi dilakukan dengan menciptakan persepsi
terhadap nilai tertentu pada konsumennya. Misalnya: persepsi mengenai
keunggulan progam, inovasi pendidikan, pelayanan yang lebih baik, brand image yang lebih unggul,
dan lain-lain.
2.
Keunggulan biaya (low cost) adalah
strategi mengefisienkan seluruh biaya pendidikan sehingga lebih menarik customer dibandingkan pesaing yang
menawarkan biaya tinggi. Strategi mengefisienkan
seluruh biaya pendidikan ini fokusnya pada pemanfaatan
fasilitas yang sudah ada, sehingga tidak menarik biaya yang tinggi kepada customer .
3.
Fokus (Focus) adalah
strategi menggarap satu target khusus. Strategi fokus biasanya dilakukan untuk fasilitas ataupun jasa
yang memang mempunyai karakteristik dan
kepentingan khusus. Beberapa fasilitas misalnya hanya
fokus ditargetkan untuk kelas atas sehingga semua fasilitasnya memberikan
benefit dan fungsi yang disesuaikan dengan aturan yang ada. Fasilitas yang fokus pada
target market untuk kelas atas biasanya selalu mensyaratkan kriteria-kriteria
yang disesuaikan dengan aturan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemasaran pendidikan merupakan langkah pembaharuan ketika
sebuah lembaga pendidikan harus mengikuti ketatnya persaingan untuk memperoleh customer. Bagi lembaga pendidikan yang
telah memiliki image yang bagus di
masyarakat, implementasi pemasaran pendidikan hanya membutuhkan planning yang lebih menyempurnakan
keberadaan sekolah tersebut dengan melakukan improvement quality yang
berkesinambungan dengan inovasi sebagai terobosan baru dalam mengantisipasi
permintaan dunia kerja sebagai relevansi dari pendidikan.
Pemasaran pendidikan dapat dilakukan melalui promosi,
dengan tujuan untuk: memberi informasi kepada masyarakat tentang produk-produk
sekolah, meningkatkan minat dan ketertarikan masyarakat tentang produk sekolah,
membedakan produk sekolah dengan produk sekolah lainnya, memberi penekanan
nilai lebih yang diterima masyarakat atas produk yang ditawarkan, dan
menstabilkan eksistensi dan kebermaknaan sekolah di masyarakat. Cara-cara yang
dapat dilakukan dalam promosi antara lain: komunikasi personal dan
interpersonal (telemarketing, customer
service dan training, word of mouth);
periklanan; promosi penjualan; publisitas/ hubungan masyarakat; peralatan
intruksional dan corporate design.
DAFTAR RUJUKAN
Alma, Buchari. 2005. Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Kotler & Gery Amstrong.
2004. Marketing an Introduction Third Edition. New Jesrey:
Prentice-Hall, Inc.
Kotler, Philip. 2003. Marketing Management The Millenium Edition.
New Jesrey: Prentice-Hall International Inc.
Stanton, William J. 2002. Fundamentals of Marketing 10 Edition.
Singapore: Mc Graw-Hill International.
Tim Dosen Administrasi
Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar